Sayangnya bagian yang bagus-bagus dan hal-hal baik yang ada di dia semua jadi ketutupan dengan berbagai perlakuan harmful dan abusive yang terjadi, dan nggak seharusnya kita memaklumi racun-racun traumatis ini hanya karena ada SEDIKIT memori atau hal-hal bagus. Misalnya pacar lo ganteng banget dan lo nggak yakin lo bisa dapetin yang cakepnya kayak dia lagi. Jadi lo kalo gandeng dia ke mana-mana sih mungkin bangga ya.
Untungnya di adegan ini Kale tetep tambeng dan kekeuh nyampein pendapat dia soal Argo. Good items semua walaupun Dinda emang nggak minta opini dia. Paling nggak Kale memastikan dia nggak sia-sia digebukin Argo dan ada argumen yang nyampe ke Dinda, terlepas Dinda mau terima atau nggak. Berikut pesan-pesan Pak Kale:
“Din, hubungan kamu sama Argo itu bukan hubungan yang sehat. Kamu rela dipukulin, disakitin, bikin pengecualian sama sesuatu yang nggak usah terjadi.”
“Iya, aku emang nggak punya pengalaman. Okay. Tapi kamu bikin pengecualian ke sesuatu yang harusnya nggak perlu ada. Argo itu mukulin kamu di depan semua orang. Ada atau nggak ada orang, dia nggak berhak melakukan itu ke kamu.”
“Putusin Argo, Din. Kamu itu takut sama dia, bukan sayang. Siapapun juga akan bilang hal yang sama, cuma kamunya aja yang nggak pernah terima.”
#BukanSayangNamanya kalo gak bisa berkomunikasi sehat tiap ada masalah dlm hubungan. Malah ngancem2 membahayakan jiwa pasangan. [Result in Caution] Video clips ini adlh cerita dari bbrp penyintas poisonous abusive matchmaking. I’m hoping it does forgotten white in the event you are interested. photograph.twitter/6IGJQAWA2h
Terus setelah gue perhatiin, ya, emang dasar fuckboi cetakan pabrik, ternyata teknik pedekatenya dia sama, dong. Awan… Awan… kesian bener lu S.O.P-nya disamain.
Lalu apakah pada akhirnya Kale beneran jadi pacar yang lebih baik buat Dinda dan juga sebaliknya? Apakah mereka emang cocok dan biochemistry mereka seasik itu?
Dua orang ini nggak sempurna, nggak ada yang suci-suci banget, nggak ada yang selfless-selfless banget juga. Cuma gue liat Kale setelah jadian sama Dinda, dia kok kayak Tom di “five-hundred Days of June,” tapi lebih rese. That is most unfortunate. Kita dikasarin pacar salah, terlalu di”puja” ampe segitunya juga salah. Kalo gue perhatiin, Kale tuh jatuhnya obsesif ke Dinda + minim pengalaman pacaran + ada abandonment procedure. Dulu dia dan bapaknya ditinggal pergi ibunya terus nggak lama bapaknya yang bingung dan patah hati juga pergi ninggalin dia.
Tentu saja kita sebagai pasangan pasti berempati kalau pasangan kita punya isu atau stress masa lalu yang belum selesai. Entah itu ditelantarin, di-bully, di-punishment, dan lain-lain. Tapi inget ya teman-teman. Bukan tanggung jawab kita untuk ngatasin trauma masa lalu mereka, dan karena mereka dulu pernah sakit hati atau shock, bukan berarti mereka bisa melakukan hal yang sama ke kita. Apapun alasan mereka, punishment itu nggak bisa dibenarkan. Kalau pasangan kalian punya trauma masa lalu, itu harus ditangani tenaga profesional. Mereka nggak berhak jadiin kita pelampiasan, dan mereka nggak berhak memproyeksikan semua insecurity mereka terhadap diri mereka ke kita.
Kale jadi handling, maksain kemauan sendiri atas nama keinginan berdua tanpa mau ngedengerin apa yang sebenarnya Dinda mau. Kale terobsesi pengen punya proyek duet (micro record) sama Dinda, tapi jadi ngekang Dinda untuk ngelakuin hal-hal yang dia mau di luar proyek ini, termasuk soal ke siapa Dinda mau ngasih lagu ciptaan dia. Dinda dianggep nggak sebegitu peduli dan antusiasnya sama proyek mereka (lah ya emang), padahal Kale ngeliat Dinda punya bakat yang besar banget sebagai penulis lagu dan penyanyi. Kale mikir, sayang banget kalo Dinda nggak ngembangin bakatnya. Niat Kale baik, tapi tanpa dia sadari, dia nggak dengerin maunya Dinda, bahwa Dinda emang seneng jadi orang di belakang layar 100 percent free dating sites dan biasa aja sama ide jadi penyanyi.
About the Author